Cooperatif Learning
1.
Pengertian Metode Pembelajaran
Cooperatif Learning
Cooperative
Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut
Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran
Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada
unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan.
Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Model
pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan
suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan
peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal.
Model
pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di dalam
pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang
diampu guru. Karena pembelajaran cooperative learning dan beberapa hasil
penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan
dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut
tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi edukatif
muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran
guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator,
organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa
terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan
pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan
memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
2.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan kerja
sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative leraning dapat
meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap
tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan
model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik
dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling
menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Pada
dasarnya model cooperative learning di kembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et
al.(2000) dalam Isjoni (2010), yaitu:
1.
Hasil belajar akademik
Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial,
juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di
samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, cooperative
learning dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
- Penerimaan
terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,
dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari
berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain.
- Pengembangan
keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial
penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial.
3 . Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik
pembelajaran kooperatif diantaranya:
a.
Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
b.
Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
c.
Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda
suku, budaya, dan jenis kelamin.
d.
Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Selain
itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam
model pembelajaran kooperatif yaitu:
a.
Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk
kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b.
Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan
kerja sama diantara anggota kelompok.
c.
Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari,
merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan
penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d.
Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari
lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh
kesimpulan.
4. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Sebagaimana
yang telah diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran
yang dilakukan dalam kelompok kecil, di mana Muslim Ibrahim (2006 : 6, dalam
Depdiknas 2005 : 45) menguraikan unsur-unsur pembelajaran Kooperatif sebagai
berikut:
a.
Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan
bersama”.
b.
Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti
milik mereka sendiri.
c.
Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan
yang sama.
d.
Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya.
e.
Siswa akan dikena evaluasi atau hadiah/penghargaan yang juga akan
dikenakan untuk semua kelompok.
f.
Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g.
Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif
Dengan memperhatikan
unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut, peneliti berpendapat bahwa dalam
pembelajaran kooperatif setiap siswa yang tergabung dalam kelompok harus
betul-betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung jawab bukan saja
terdapat dalam kelompok, tetapi juga dituntut tanggung jawab individu.
5. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif:
Sebagai
seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih
manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran
tertentu. Apabila seorang guru ingin menggunakan pembelajaran kooperatif, maka
haruslah terlebih dahulu mengerti tentang pembelajaran kooperatif tersebut.
Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan
ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a.
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b.
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
c.
Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda.
d.
Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Dengan
memperhatikan ciri-ciri tersebut, seorang guru hendaklah dapat membentuk
kelompok sesuai dengan ketentuan, sehingga setiap kelompok dapat bekerja dengan
optimal.
6.
Fase-Fase dalam Cooperative Learning
Terdapat 6
fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif (Arends, 1997:113),
yaitu:
Langkah
|
Indikator
|
Tingkah Laku Guru
|
Langkah 1
|
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa.
|
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang
akan dicapai serta memotivasi siswa.
|
Langkah 2
|
Menyajikan
informasi
|
Guru
menyajikan informasi kepada siswa
|
Langkah 3
|
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru
menginformasikan pengelompokan siswa
|
Langkah 4
|
Membimbing
kelompok belajar
|
Guru
memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompokkelompok belajar
|
Langkah 5
|
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan
|
Langkah 6
|
Memberikan
Penghargaan
|
Guru
memberi penghargaan hasil
belajar
individual dan kelompok.
|
7. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Jenis-jenis pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Numbered Heads Toghether (NHT) atau Kepala Bernomor,
langkah-langkahnya:
1) Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap
peserta didik mendapatkan nomor
2) Guru membagikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
setiap kelompok mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil
kerja mereka
5) Peserta didik yang lain memberi tanggapan
6) Guru menunjuk nomor yang lainnya untuk kelompok berikutnya
7) kesimpulan
- Think
Pair and Share (TPS)
Srategi Think-pair-share yang
digunakan oleh para guru menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan
inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2) Peserta didik diminta
untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3) Peserta didik diminta
berpasangan dengan teman sebelahnya dan mengutarakan pemikiran masing-masing
4) Guru memimpin diskusi
kecil. Tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5) Berawal dari kegiatan
tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi
yang belum diungkapkan para peserta didik
6) Guru memberi
kesimpulan/penutup
- STAD (Student
Teams Achievement Divisions)
Strategi ini menerapkan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membentuk kelompok beranggotakan 4 peserta didik secara
heterogen
2) Guru menyajikan pelajaran
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
kelompok. Anggota yang mengetahui menjelaskan kepada lainnya sampai mengerti
4) Guru memberi pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada
saat peserta didik menjawab pertanyaan tidak boleh saling membantu
5) Memberi evaluasi
6) penutup
- Jigsaw
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1) Peserta didik dikelompokkan beranggotakan 4
2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian
bab atau sub bab yang sama bertemu dengan kelompok baru (Kelompok Ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka
4) Setelah selesai diskusi sebagian tim ahli, tiap anggota
kembali ke kelompok asal dan berganian mengajar atau melaporkan hasil
diskusinya kepada teman satu tim mereka tentang sub bab yang harus dibahas
5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya
6) Guru memberikan evaluasi
7) Penutup
8. Kekurangan dan Kelebihan Metode
Pembelajaran Cooperatif Learning
Jarolimek & Parker (1993) mengarakan
kelebihan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1) Saling
ketergantungan yang positif;
2). Adanya pengakuan
dalam merespon perbedaan individu;
3) Siswa dilibatkan
daiam perencanaan dan pengelolaan kelas;
4) Suasana kelas
yang rileks dan menyenanakan;
5 Terjalinnya
hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru; dan
6) Memiliki banyak
kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
Sedangkan untuk kekurangan
metode pembelajaran Cooperative Learning :
Kekurangan
model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor yaitu faktor
dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu
sebagai berikut:
1)
Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan
lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;
2)
Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;
3)
Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang sedang dibahas meluas. Sehingga banyak yang tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan;
4)
Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan
siswa yang lain menjadi pasip.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Cooperative learning adalah suatu metode pengajaran yang man pra siswa
bekerja dlam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya
dalam mempelajari materi pembelajaran.
2. Tujuan cooperative learning dalah untuk meningkatkan hasil belajar
akademik, menerima terhadap perbedaan individu, dan mengembngkan ketrmpilan
social.
3. Karakteristik cooperative learning antara lain: Positive Independence,
Personal Responsibility, Face to Face Promotive Interaction, Interpersonal
Skill, Group Processing.
4. Model- model cooperative lerning antar lain : jigsaw, group invesgation dan
listening team.
5. Peran guru dalam cooperative lerning adalah sebagai fasilitator, modiator,
director motivtor dan evaluator.
6. Sintak model pembelajaran cooperative learning antara lain: present goals
and set, present information, organize student into learning teams, assist tem
work and study, test on the materilis dan provide recognition.
B. Saran-saran
Dari
pemaparan makalah diatas, pemakalah mengharapkan kesadaran dari pembaca tentang
pentingnya memahami model-model pembelajaran karena nantinya bisa kita jadikan
bekal dalam mendidik peserta didik kita, supaya menjadi peserta didik yang
berkualitas. Dari pemakalah sendiri minta maaf banyak jika banyak kekurangan.
Maka kami harapkan saran dan kritikannya.