Selasa, 30 April 2013

Metode Koperatif Lerning



Cooperatif Learning
1.    Pengertian Metode Pembelajaran Cooperatif Learning
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran cooperative learning dan beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
2.    Tujuan Pembelajaran Kooperatif
            Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative leraning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
            Pada dasarnya model cooperative learning di kembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al.(2000) dalam Isjoni (2010), yaitu:
1.                       Hasil belajar akademik
Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan  dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, cooperative learning dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

  1. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
  1. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

3 . Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a.   Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
b.   Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
c.   Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam
model pembelajaran kooperatif yaitu:
a.   Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b.   Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
c.   Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d.   Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

4. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil, di mana Muslim Ibrahim (2006 : 6, dalam Depdiknas 2005 : 45) menguraikan unsur-unsur pembelajaran Kooperatif sebagai berikut:
a.   Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
b.   Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
c.   Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d.   Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
e.   Siswa akan dikena evaluasi atau hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua kelompok.
f.    Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g.   Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif
Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut, peneliti berpendapat bahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang tergabung dalam kelompok harus betul-betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga dituntut tanggung jawab individu.

5. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif:
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Apabila seorang guru ingin menggunakan pembelajaran kooperatif, maka haruslah terlebih dahulu mengerti tentang pembelajaran kooperatif tersebut. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a.   Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b.   Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.   Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d.   Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, seorang guru hendaklah dapat membentuk kelompok sesuai dengan ketentuan, sehingga setiap kelompok dapat bekerja dengan optimal.

6. Fase-Fase dalam Cooperative Learning
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif (Arends, 1997:113), yaitu:
Langkah
Indikator
Tingkah Laku Guru

Langkah 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
Langkah 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
Langkah 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menginformasikan pengelompokan siswa
Langkah 4
Membimbing kelompok belajar
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompokkelompok belajar
Langkah 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah  dilaksanakan
Langkah 6

Memberikan
Penghargaan
Guru memberi penghargaan hasil
belajar individual dan kelompok.

7. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
 Jenis-jenis pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1.    Numbered Heads Toghether (NHT) atau Kepala Bernomor, langkah-langkahnya:
1)   Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap peserta didik mendapatkan nomor
2)   Guru membagikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3)   Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap kelompok mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4)   Guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil kerja mereka
5)   Peserta didik yang lain memberi tanggapan
6)   Guru menunjuk nomor yang lainnya untuk kelompok berikutnya
7)   kesimpulan
  1. Think Pair and Share (TPS)
Srategi Think-pair-share yang digunakan oleh para guru menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2)   Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3)   Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya dan mengutarakan pemikiran masing-masing
4)   Guru memimpin diskusi kecil. Tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5)   Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para peserta didik
6)   Guru memberi kesimpulan/penutup
  1. STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Strategi ini menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Membentuk kelompok beranggotakan 4 peserta didik secara heterogen
2)   Guru menyajikan pelajaran
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang mengetahui menjelaskan kepada lainnya sampai mengerti
4)   Guru memberi pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat peserta didik menjawab pertanyaan tidak boleh saling membantu
5)   Memberi evaluasi
6)   penutup
  1. Jigsaw
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1)   Peserta didik dikelompokkan beranggotakan 4
2)   Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3)   Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian bab atau sub bab yang sama bertemu dengan kelompok baru (Kelompok Ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
4)   Setelah selesai diskusi sebagian tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan berganian mengajar atau melaporkan hasil diskusinya kepada teman satu tim mereka tentang sub bab yang harus dibahas
5)   Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya
6)   Guru memberikan evaluasi
7)   Penutup
8. Kekurangan dan Kelebihan Metode Pembelajaran Cooperatif Learning
 Jarolimek & Parker (1993) mengarakan kelebihan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1) Saling ketergantungan yang positif;
2). Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu;
3) Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas;
4) Suasana kelas yang rileks dan menyenanakan;
5 Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru; dan
6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Sedangkan untuk kekurangan metode pembelajaran Cooperative Learning :
Kekurangan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut:
1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;   
2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;
3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas. Sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan;
4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasip.








PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Cooperative learning adalah suatu metode pengajaran yang man pra siswa bekerja dlam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.
2. Tujuan cooperative learning dalah untuk meningkatkan hasil belajar akademik, menerima terhadap perbedaan individu, dan mengembngkan ketrmpilan social.
3. Karakteristik cooperative learning antara lain: Positive Independence, Personal Responsibility, Face to Face Promotive Interaction, Interpersonal Skill, Group Processing.
4. Model- model cooperative lerning antar lain : jigsaw, group invesgation dan listening team.
5. Peran guru dalam cooperative lerning adalah sebagai fasilitator, modiator, director motivtor dan evaluator.
6. Sintak model pembelajaran cooperative learning antara lain: present goals and set, present information, organize student into learning teams, assist tem work and study, test on the materilis dan provide recognition.
B. Saran-saran
Dari pemaparan makalah diatas, pemakalah mengharapkan kesadaran dari pembaca tentang pentingnya memahami model-model pembelajaran karena nantinya bisa kita jadikan bekal dalam mendidik peserta didik kita, supaya menjadi peserta didik yang berkualitas. Dari pemakalah sendiri minta maaf banyak jika banyak kekurangan. Maka kami harapkan saran dan kritikannya.

0 komentar:

Posting Komentar